DAERAH

Masyarakat Bangka resah dengan dibentuknya Satgas penambangan

Poros indonesi, Bangka – Masyarakat Bangka sangat merasa resah dengan dibentuknya satgas penambang. Hal ini dapat dimaklumi karena masyarakat banyak menggantungkan hidup nya dari hasil nambang, seperti diucapkan beberapa orang masyarakat Bangkal RW, HR, EW dan lain nya yang mengatakan, kami sangat tidak setuju dengan Satgas penambangan ini, kata RW.

Semenjak gempar Satgas penambangan udah berapa hari ini, kami tidak bisa menjual timah hasil kami nyebu dan ngelimbang, karna gak ada bos timah yang mau beli. Sedangkan tiap hari aja bos timah beli kami masih lah kewalahan buat hidup sehari-hari, tambah lagi denger-denger harga timah bakalan merosot, jadi Satgas penambang ini  sebenarnya dibentuk buat memikirkan kami masyarakat atau memikirkan target PT timah, atau mengatas namakan merugikan negara ? Ucap nya seraya bertanya, saat inikan PT. TIMAH bukan BUMN lagi, tambah nya sambil di iyakan oleh beberapa masyarakat yang ada disampin nya.

Bahkan HR menamabahkan, kalau bercerita Satgas penambang, tolong dong masalah pak Ali di kejaksaan lanjut di proses, karna sudah merugikan negara. Kalau memang PT TIMAH itu masih BUMN kenapa gak ada ingkrah dari pengadilan atau kejaksaan. Kami memang gak tau hukum dan permainan politik, tapi kami kadang nonton berita atau baca koran, maka kami masayarakat Bangka tau perkembangan nya, dan berharap kerja Satgas untuk melanjutkan kasus yang nyata merugikan negara, ucap HR.

BACA JUGA :   Bupati Bandung Bersama DPRD Kabupaten Bandung Bersinergi terkait Pengesahan RAPBD-P tahun 2022.

Kami masyarakat Bangka cuman pengen pemerintah atau kalau bisa pak Presiden sekali-kali melirik lah pada kami penambang kecil di Bangka ini. Tiap hari kami ngelimbang atau kerja TI belum tentu kami kaya, kami cuman mencari makan untuk menyambung hidup, kami bukan ASN yang dapet gaji bulanan, kata mereka menambahkan.

Ini contohnya, baru 3 hari pembeli timah tutup, saat ini kami sudah pusing buat beli beras, karna tidak ada bos timah yang berani beli. Cobalah pikir, kami kerja  TI tiap mau jalan mengeluarkan dana minimal 250/hari, kadang dapet cuman 3 kilo kadang 1 kilo, mana harga timah pariasi kadang dibayar Rp 150.000, belum lagi kalau ada kerusakan mesin pecah, perajuk nyalep. Coba hitunglah kalau kami dapet 3 kilo, belum lagi bebagi sama kawan yang bantu, berapa lah kami dapatkan hasil nya, kata pak HR dan kawan-kawan mengakhiri. ( Abdul Rais )

Shares

BACA JUGA

Pekan Gawai Dayak ke 36 Kalimantan barat

Ade Darmansyah